March 13, 2014

Prinsip Fisika dalam Gelembung Sabun



Kita dapat menemukan gelembung dalam banyak cairan. Anda mungkin pernah melihat gelembung kecil yang terbentuk dari air soda, gelembung detergen, gelembung yang terbentuk dari putih telur, atau gelembung-gelembung lainnya. Akan tetapi, gelembung tersebut selalu berada di dalam air atau sekadar mengambang di permukaan. Inilah yang biasa kita sebut sebagai buih. Lain halnya dengan gelembung sabun yang dapat melayang di udara dan tidak harus menyentuh air atau cairan.

Meski tidak sama, proses pembentukan gelembung udara baik pada sabun maupun pada cairan lainnya tidak jauh berbeda. Pada dasarnya ketika udara ditiupkan ke dalam campuran sabun dan air, campuran tersebut akan membentuk selaput tipis yang kemudian memerangkap udara sehingga terbentuklah sebuah gelembung.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah kenapa gelembung sabun cenderung berbentuk bola? Hal ini berkaitan dengan hukum fluida yaitu tegangan permukaan. Seperti yang kita ketahui bahwa tegangan permukaan pada suatu cairan berhubungan dengan gaya tegang yang dimiliki permukaan cairan itu. Dalam hal ini cairan tersebut adalah air sabun. Pada permukaan gelembung akan terjadi gaya tarik-menarik yang berasal dari gaya kohesi antar molekul air sabun.
            Permukaan gelembung sabun tersusun dari dua selaput tipis molekul-molekul sabun juga selapis tipis air di antara keduanya. Partikel-partikel yang berada di dalam zat cair akan tertarik oleh molekul-molekul yang berada di sekitarnya ke segala arah sehingga besar jumlah gaya-gaya kohesi menjadi nol. Sementara itu, molekul yang berada di permukaan zat cair hanya tertarik ke arah samping dan bawah sehingga besar gaya kohesinya tidak sama dengan nol. Teori partikel inilah yang menjelaskan prinsip bahwa tegangan permukaan menghendaki selaput air sabun untuk berkontraksi dan membentuk bangun yang memiliki luas permukaan paling kecil, yaitu bangun bola.
            Ketika selaput air sabun berusaha memperkecil luas permukaannya, timbul perbedaan tekanan udara di bagian luar selaput dan di dalam selaput. Udara di dalam mendorong ke arah luar untuk menahan selaput air. Sementara itu, tekanan udara di luar (tekanan atmosfer) menekan ke dalam. Tekanan-tekanan yang bertolak arah ini akan terus saling menekan sampai timbul kesetimbangan.
            Saat kita meniup lebih kuat untuk membuat gelembung yang lebih besar atau dengan kata lain kita menambah tekanan di sebelah dalam, pada kondisi tersebut secara bersamaan selaput air akan menambah luas permukaan untuk mengimbangi kenaikan tekanan yang diterimanya dan gaya tegangan permukaan ke arah dalam pun akan bertambah sehingga ukuran gelembung menjadi lebih besar tetapi tetap cenderung berbentuk bola. Akan tetapi, ketika ukuran gelembung terus membesar selaput air menjadi semakin tipis. Saat mencapai titik tertentu, gelembung sabun akan pecah karena molekul-molekul airnya terputus.
Fenomena terkait gelembung sabun yang menerapkan prinsip fisika lainnya adalah bagaimana cara gelembung dapat saling menempel. Fisikawan asal Belgia, Joseph Plateau, mengemukakan pendapatnya bahwa saat dua gelembung terlihat menempel, mereka sebenarnya kembali mengadopsi ukuran luas selaput sekecil mungkin sesuai dengan volume kedua gelembung. Jika ukuran gelembung-gelembung relatif sama, dinding gelembung itu akan saling menempel. Lain halnya apabila salah satu gelembung berukuran lebih kecil, umumnya gelembung besar dan gelembung kecil akan bergabung menjadi satu gelembung yang lebih besar meskipun terkadang juga saling menempel. Gelembung yang lebih besar seakan terlihat lebih bulat dibanding gelembung yang lebih kecil. Hal ini disebakan adanya perbedaan tekanan udara di dalam gelembung. Gelembung kecil memiliki tekanan yang lebih kuat dibandingkan gelembung yang lebih besar.
Fakta lain berdasarkan percobaan Plateau mengenai gelembung adalah jika tiga gelembung bergabung mereka akan membentuk sudut tepat 120°. Sementara apabila empat gelembung yang bergabung, maka sudut garis antar gelembung atau yang biasa disebut Garis Plateau akan memiliki besar 109,47° (sudut tetrahedral).
            Selain karakteristik gelembung yang telah dipaparkan di atas, ada lagi hal menarik mengenai gelembung yang berhubungan erat dengan prinsip fisika, yaitu bagaimana cara gelembung memantulkan beragam warna di permukaannya. Berbeda dengan pelangi yang mengalami pembiasan sehingga menghasilkan berbagai warna, warna pada gelembung disebabkan adanya superposisi cahaya cahaya pada permukaan. Refleksi cahaya pada permukaan gelembung dari luar dan dari bagian dalam yang transparan menyebabkan tumpang-tindih cahaya putih yang merupakan gabungan dari berbagai gelombang warna. Cahaya putih ini selanjutnya akan meneruskan sinar sehingga terpantul kembali secara bersamaan.
Ternyata, prinsip refleksi cahaya pada permukaan gelembung sabun baru-baru ini dikembangkan melalui percobaan para peneliti dari Universitas Tokyo; Yoichi Ochiai, Alexis Oyama, dan Keisuke Toyoshima. Mereka mengkaji sifat pada gelembung mengenai refleksi cahaya dan mencoba membuat layar tertipis di dunia dengan bantuan gelombang suara supersonik. Para peneliti menggunakan speaker yang memancarkan gelombang suara supersonik ke permukaan gelembung. Dengan demikian, permukaan gelembung yang sebelumnya tembus cahaya menjadi buram dan dapat merefleksikan cahaya untuk menghasilkan gambar.

Sebagaimana yang telah saya terangkan di atas, prinsip-prinsip fisika yang terdapat pada hal-hal kecil semacam gelembung sabun sebetulnya dapat kita kembangkan untuk lebih memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita dapat mencontoh jejak para peneliti tersebut sehingga mampu menghasilkan penemuan-penemuan baru demi peradaban manusia yang lebih baik.
Artikel ini dibuat pertama kali untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia. Apabila ada yang membutuhkan materi dalam situs ini jangan sungkan menghubungi Penulis.
Salam. =⁰ᴥ⁰=)

No comments:

Post a Comment